Profil Penggunaan Terapi Bekam di Kabupaten/Kota Bandung Ditinjau Dari Aspek Demografi, Riwayat Penyakit, dan Profil Hematologi
Abstract: Pengobatan
tradisional bekam tercatat sebagai salah satu pengobatan tradisional yang telah
digunakan sejak 400 SM. Pada kurun waktu 5 tahun terakhir, pengobatan bekam di
Indonesia berkembang pesat dengan ditandai berdirinya klinik-klinik dan
asosiasi pengobatan bekam. Studi pra-penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
pasien yang mengunjungi klinik bekam di Bandung mencapai jumlah 4000 orang
pasien setiap bulannya. Sementara itu, penelitian-penelitian yang terkait
dengan terapi bekam masih terbatas terutama di Indonesia. Tujuan penelitian ini
adalah untuk pendataan profil penggunaan terapi bekam di kabupaten/kota Bandung
yang diharapkan dapat menjadi suatu studi pendahuluan yang mendorong
dilakukannya penelitian ilmiah lain berkaitan dengan pengembangan terapi
pengobatan yang lebih terjangkau bagi masyarakat. Penelitian ini merupakan
studi deskriptif yang dilakukan dengan metode penyebaran kuesioner di
klinik-klinik pengobatan tradisional bekam. Penelitian dilakukan selama periode
bulan Januari sampai Mei 2012. Sebagai tambahan, pada penelitian ini juga
dilakukan sampling pengambilan darah vena, darah bekam basah, dan darah perifer
terkait dengan profil hematologi dan kadar glukosa darah sewaktu pengguna bekam
basah. Terapi bekam banyak digunakan oleh masyarakat pada rentang 20-39 tahun
(70,63%) dan 30-49 tahun (17,65%). Pendapatan pengguna bekam berkisar antara Rp
500.000,00-Rp 1.500.000,00 (37,5%). Latar belakang pendidikan pengguna terapi
bekam berasal dari lulusan SMA. Terapi bekam di masyarakat digunakan untuk
pengobatan (62%) dan menjaga kesehatan (38%). Bekam digunakan untuk mengobati
tukak (30%), sakit kepala (28%), dan kolesterol (20%). Terdapat perbedaan
bermakna pada (p<0,05) antara kondisi kesehatan responden sebelum dan
sesudah menjalani terapi bekam terhadap intensitas kualitas tidur, kelelahan,
pegal-pegal, dan intensitas sakit. Profil hematologi dan Sediaan Apus Darah
Tepi (SADT) menunjukkan perbedaan komponen leukosit dan trombosit antara darah
vena dan bekam.Secara statistik, perbedaan kadar glukosa darah sewaktu sebelum
dan sesudah (p<0,05) tidak menunjukkan perbedaan berarti. Terapi bekam
paling banyak digunakan oleh masyarakat usia 20-39 tahun (70,63%) dari kalangan
ekonomi dengan pendapatan dibawah Rp 1.500.000,- (37,5%). Sebagian besar
responden menggunakan terapi bekam untuk pengobatan tukak (30%). Tidak terdapat
perbedaan yang berarti antara kadar glukosa darah sewaktu sebelum dan sesudah
bekam.
Kata kunci: Bekam, bekam
basah, pengobatan tradisional, darah, profil penggunaan
Penulis: Sophi Damayanti,
Fitria Muharini, Bambang Gunawan
Kode Jurnal: jpfarmasidd120331